DOKUMENTASI VIDEO PEMBUATAN KEYAKINAN KELAS. CGP ANGKATAN 9
DOKUMENTASI DISEMINASI / SOSIALISASI
PEMBUATAN KEYAKINAN KELAS KEPADA REKAN GURU
By : Haritsah Salim
DOKUMENTASI DISEMINASI / SOSIALISASI
PEMBUATAN KEYAKINAN KELAS KEPADA REKAN GURU
By : Haritsah Salim
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Pendidikan adalah upaya sadar
untuk membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik agar siap mengemban peran
di masa depan. Tujuan intinya adalah mengembangkan potensi individu menuju
keutuhan manusia. Sebagai institusi moral, sekolah memiliki peran penting dalam
membangun budaya, nilai-nilai, dan moralitas di dalam diri setiap murid.
Perilaku para pendidik yang mengedepankan nilai-nilai yang diyakini sekolah
menjadi teladan bagi murid. Seorang pendidik harus menjadi contoh bagi
muridnya, baik dalam perilaku sehari-hari maupun di lingkungan sekitarnya.
Dalam mengambil keputusan, pendidik harus mempertimbangkan kepentingan murid dan
mengedepankan nilai-nilai kebajikan, karena keputusan tersebut akan
mencerminkan integritas sekolah dan menjadi teladan bagi seluruh warga sekolah
dan masyarakat sekitarnya. Dengan memahami bahwa pendidikan adalah seni
menjadikan manusia berperilaku etis, maka pendidikan bertujuan untuk membentuk
generasi yang memiliki moralitas, kebajikan, dan kebenaran untuk masa depan
yang lebih baik.
Setelah memahami hal di atas, berikut adalah pertanyaan dan
jawaban dari koneksi antar materi modul 3.1.
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap
Triloka memiliki kaitan erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang
pemimpin. Prinsip-prinsip yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, seperti Ing
Ngarso Sung Tulodho (memberi teladan), Ing Madya Mangunkarsa (memberi dorongan
dan semangat), dan Tut Wuri Handayani (memberi dorongan dari belakang),
memberikan landasan yang kuat bagi seorang guru dalam pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan memperhatikan filosofi tersebut, seorang
pemimpin pembelajaran diharapkan mampu memberikan teladan, dorongan, dan
dukungan kepada muridnya, sehingga setiap keputusan yang diambil selalu
berpihak kepada kemajuan dan keberhasilan murid.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri
seseorang sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang diambil dalam pengambilan
keputusan. Keterampilan sosial emosional seperti kesadaran diri, pengelolaan
diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial menjadi penting
dalam membentuk sikap Tut Wuri Handayani, yang menuntun seorang pemimpin
pembelajaran untuk memberikan dorongan dari belakang bagi muridnya. Dengan
nilai-nilai kebajikan yang terinternalisasi dalam diri, seorang pendidik mampu
mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak kepada murid.
Coaching diartikan sebagai suatu proses kolaborasi yang menitikberatkan pada solusi, berorientasi pada hasil dan bersifat sistematis. Dalam proses ini, seorang coach memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi coachee (Grant, 1999).
Coaching dianggap sebagai kunci untuk membuka potensi
seseorang agar dapat maksimal dalam kinerjanya. Menurut Whitmore (2003),
coaching lebih menitikberatkan pada membantu individu belajar daripada
memberikan pengajaran.
International Coach Federation mendefinisikan coaching
sebagai "...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan
potensi pribadi dan profesionalnya melalui proses yang merangsang dan
mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif."
Tujuan coaching adalah membimbing coachee dalam menemukan
ide atau cara baru untuk mengatasi tantangan atau mencapai tujuan, serta
membangun kemitraan setara di mana coachee mengambil keputusan. Coach berperan
sebagai fasilitator melalui mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan,
sementara coachee yang membuat keputusan sendiri.
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan
adalah 'menuntun' tumbuhnya kekuatan kodrat anak agar dapat memperbaiki
perilakunya. Oleh karena itu, keterampilan coaching menjadi penting bagi
pendidik untuk membimbing potensi sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan
sebagai manusia dan anggota masyarakat.
Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru
dan murid memberikan ruang kebebasan kepada murid untuk menemukan kekuatan
dirinya. Paradigma berpikir "Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" menjadi semangat yang memperkuat
keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching.
Assalamualaikum wr wb
Perkenalkan nama saya Haritsah Salim, pada Artikel blog ini saya akan memaparkan koneksi antar materi pada modul 1.4 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9.
Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam
menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti
seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan),
posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi
dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional
Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi
Guru Penggerak
Peran Saya dalam Menciptakan Budaya Positif di Sekolah:
Teracuni postingan2 akun film di instagram, akhirnya kalah dengan rasa penasaran. Ku tonton film dokumenter produksi netflix yang sedang ramai dibicarakan. "Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso."
Kini terjawab sudah pertanyaanku, mengapa setelah menonton film ini orang banyak yg ragu jessica benar-benar pembunuh mirna. Padahal katanya netflix netral.
Ternyata jawabannya ada di 10 menit terakhir film. Disaat Jessica tidak bisa diwawancara dan pendapat2 ahli, dan ketika buku harian jessica diunjuk ke publik. Menurutku itu sih cuma untuk menggiring opini publik aja. Meskipun sudah dipenjara, setidaknya bisa memperbaiki nama baiknya dimata dunia. Isn't it?
Setelah menghabiskan waktu menonton film ini sambil menyetrika baju, aku sedikit menyesal menghabiskan waktu, dimana film dokumenter ini semacam berita yg beredar di TV tapi disingkat menjadi 1 jam 26 menit. Ditambah bumbu - bumbu keraguan yang akan membuat penonton kembali berfikir, apakah memang jesica pembunuhnya?
Hua....
Akhirnya yang ditunggu-tunggu selama berbulan-bulan datang juga, sebuah pengumuman akan dimulainya Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9. Aku yang sudah lulus di angkatan 8 ini sempat berkecil hati karena tidak terpanggil dalam PGP angkatan 8. Namun rencana Allah lebih indah dari pada rencana Manusia. Betul saja, jika namaku tercamtum di angkatan 8, aku harus mengikuti PGP disertai sibuknya mengurus renoasi rumah dan persiapan pernikahan adikku. Ketika semuanya sudah hampir beres, datanglah pengumuman PGP 9. Terimakasih atas kemudahan ini Ya Allah!
Orientasi dibuka oleh Mas Mentri yang always ganteng dan memotivasi. Dilanjutkan dengan pembukaan dari BGP Riau serta penjelasan teknis dalam mengikuti PGP. Dan Hari ini aku baru saja selesai mengerjakan soal-soal pretest modul 1. Banyak yang belum aku mengerti, tentu saja, mungkin soal-soal inilah yang akan menjadi materi dalam PGP nantinya, aku mencoba menjawab sebisanya.
Oh ya! Pendamping Praktik sudah ditentukan! OMG, ternyata aku mendapatkan PP dari sekolahku sendiri, yaitu bu Guru Penggerak yang aktif, smart dan sangat exited dalam setiap kegiatan, ku yakin banyak yang mengenalnya di Pekanbaru ini sebagai narasumber IKM. Siapa lagi kalau bukan rekan kerjaku disekolah, yang selalu memotivasiku (baca: memaksa) untuk terus maju, Bu Armalina. Aku sempat deg-degan, was-was dan beragam perasaan, bagaimana nasibku 9 bulan ke depan dibawah bimbingan orang se perfeksionis bu Armalina. Hahaha. Tapi tentu ada rasa syukur dan bangga dibimbing oleh PP hebat sepertinya. apalagi jarak kelas kami hanya 5 langkah, aku bisa bertanya kepadanya di sekolah tanpa harus menstarter motorku keluar. Aku bahkan sempat terbersit, "jangan-jangan nanti aku bisa digembleng menjadi CGP terbaik Angkatan 9 Kota Pekanbaru." Muehehehe... mungkin terllau muluk. tapi tolong di aminkan saja.
Kurikulum Merdeka adalah upaya Kemendikbud untuk menghadirkan pendidikan yang adaptif dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Sebagai seorang pendidik yang bersemangat, kita semua memiliki kesempatan untuk menjadi narasumber di platform SINAR BAIK (Sistem Informasi Berbagi Praktik Baik) yang dikelola oleh Kemendikbud. Menjadi narasumber dapat memberikan kontribusi positif dalam berbagi praktik baik dan pengalaman penerapan Kurikulum Merdeka. Di postingan ini, aku akan memberikan panduan langkah demi langkah untuk menjadi narasumber di Sinar Baik dan berbagi praktik baik implementasi Kemendikbud. Yuk ah!
Komunitas Praktisi Layar Negeri SDN 145 Pku terus berinovasi agar guru terus mengembangkan diri. Sadar akan pentingnya meningkatkan kemampuan literasi, guru-guru SDN 146 PKU pun sepakat membuat jadwal membaca buku secara bergantian, dan akan direview bersama di kegiatan Komunitas. Kegiatan ini kami namai dengan BEDAH BUKU.
Pada kesempatan ini telah terlaksana agenda BEDAH BUKU perdana di Komunitas Praktisi Layar Negeri. Pembedah perdana aku sendiri, dan ku pilih buku berjudul "TOTO CHAN, Gadis Kecil di Jendela." Novel ini ditulis oleh Tatsuko Kuroyanagi yang telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa dan banyak dipakai sebagai bahan ajar di kampus-kampus dengan bahasan Pendidikan.
Novel ini mengisahkan tentang anak kelas 1 SD bernama Toto Chan yang dikeluarkan dari sekolah karena dianggap nakal oleh gurunya. Karena Toto Chan kerap bertanya ini itu kepada guru dan selalu duduk dipinggir jendela untuk berbicara dengan orang diluar pada saat jam pelajaran.
Haloo
Haloo.. masih semangat ngeblognya?
Karena begitu banyak pertanyaan setelah kelas blogging di ayse brand sebelumnya, marilah kita bahas tentang pentingnya mengganti domain.
Mengganti domain blog merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh para blogger. Ada banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan dari hal ini, mulai dari memperbaiki seo, memperkuat brand, hingga membuat situs menjadi lebih profesional. Dalam artikel ini, akan dibahas secara rinci mengenai pentingnya mengganti domain blog.
Bersama penulis-penulis senior FLP Riau. Arah jarum jam : Aku, Bu Mulyati, Pak Bambang Kariyawan, dan Mba Sugiarti |
Alhamdulillah, wa syukurillah. Bisa kembali menjenguk blog yang sudah 2 tahun terlantar (bersih-bersih sarang laba-laba dulu kali ya) dengan ghiroh menulis yang bangkir dari kubur, eh bangkit dari kematian, eh bangkit dari keheningan, akhirnya blog ini terisi lagi! yeay
Semenjak jadi istri orang, memang begitu syulit untuk
menulis. Karena aku yang penulis kacangan ini butuh waktu yang lama dan ruang
yang tenang. Sedangkan semenjak menikah, hamil, punya anak. Semua jadi serba
repot. Jangankan mau duduk di depan laptop, mau bersemedi di wc aja harus siap
mendengar nyanyian dari anak. Tapi itu cuma alibi gaes. Intinya niat dan
tekatnya kurang kuat. Jadi beragam kondisi dijadikan alasan. Ya sudahlah kita
tinggalkan pembuka blog yang membosankan ini. Gaskeun langsung ke inti
ceritanya.
Jadi sejak menikah, aku betul-betul vakum dari dunia
kepenulisan dan tenggelam dalam kesibukan. Berbagai kegiatan ku lewatkan begitu
saja. Tapi begitu ada surat undangan untuk kegiatan ini di share di grup FLP
Riau, jemari ini begitu saja tiba-tiba menjapri ketua panitia dan menyatakan
mau ikut. Dan pilihanku untuk ikut di kegiatan 2 hari ini memang tidak salah!
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Komisi Informasi dan
Komunikasi MUI Riau. Pesertanya didaulat dari berbagai daerah se Riau, dan juga
komunitas-komunitas Literasi di Pekanbaru. Dan aku termasuk dalam utusan
Komunitas Literasi.
Pemateri pertama aja udah bikin tercengang dengan
fakta-fakta dunia sosial media yang bikin mulut ternganga. Pemateri kedua, eks
Journalist Jawa Pos Group, influencer yang memaparkan materi berdasarkan
Al-Qur’an.
source |
pemandangan dari Jendela kamarku. yahuuutt... |
suka sama dekor dan pencahayaan restonya Tjokro ini |
internet corner gratis di Lobby Hotel Tjokro Pekanbaru |
source : http://www.aplf-planetariums.info/ |