05 Desember 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 | CGP Angkatan 9

12/05/2023 09:20:00 PM 0 Comments

Coaching diartikan sebagai suatu proses kolaborasi yang menitikberatkan pada solusi, berorientasi pada hasil dan bersifat sistematis. Dalam proses ini, seorang coach memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi coachee (Grant, 1999).

Coaching dianggap sebagai kunci untuk membuka potensi seseorang agar dapat maksimal dalam kinerjanya. Menurut Whitmore (2003), coaching lebih menitikberatkan pada membantu individu belajar daripada memberikan pengajaran.

International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai "...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesionalnya melalui proses yang merangsang dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif."

Tujuan coaching adalah membimbing coachee dalam menemukan ide atau cara baru untuk mengatasi tantangan atau mencapai tujuan, serta membangun kemitraan setara di mana coachee mengambil keputusan. Coach berperan sebagai fasilitator melalui mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan, sementara coachee yang membuat keputusan sendiri.

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan adalah 'menuntun' tumbuhnya kekuatan kodrat anak agar dapat memperbaiki perilakunya. Oleh karena itu, keterampilan coaching menjadi penting bagi pendidik untuk membimbing potensi sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat.

Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid memberikan ruang kebebasan kepada murid untuk menemukan kekuatan dirinya. Paradigma berpikir "Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" menjadi semangat yang memperkuat keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching.

Prinsip dan Paradigma Berpikir Coaching dalam Supervisi Akademik: